Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Simbol Pohon Beringin
Lambang dari sila ketiga pancasila adalah pohon beringin yang dimaknai sebagai Persatuan Indonesia. Pohon beringin diletakan di bagian kanan atas perisai, melambangkan tempat untuk berteduh dan bernaung dan berlindung. Pohon beringin mewakili kekuatan dan keteduhan nusantara dengan keanekaragamannya namun memiliki persatuan yang kuat.
Pohon beringin juga memiliki akar menjulur yang semakin menunjukkan keteduhannya, menjadikan pancasila sebagai landasan negara yang peneduh dan pelindung bagi bangsa, memberikan rasa aman terhadap bangsa.
Akar tunggang yang dimiliki pancasila bermakna persatuan bangsa INdonesia, sementara sulur-sulur yang ada di dalam pohon beringin menggambarkan perbedaan suku-suku, keturunan, dan agama yang berbeda di Indonesia. Namun sejalan dengan Bhineka TUnggal Ika, meskipun Indonesia berbeda-beda tetapi tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia tepat di bawah lambang Pancasila.
Nilai-niai tersebut dijadikan dasar filsafat negara serta filsafat bangsa Indonesia yang ada hingga saat ini. Pahami lebih dalam melalui buku Pancasila karya Drs. H. Mahpudin Noor.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Asal-Usul Lambang Garuda Pancasila
Sayembara kemudian dibuka oleh pemerintah. Dalam sayembara tersebut pemerintah mencari pelukis yang dapat menciptakan desain terbaik untuk memberikan gambaran terbaik bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun banyak diantara penulis dan pelukis yang belum atau kurang memahami mengenai sejarah Indonesia, untuk menciptakan lambang negara sesuai dengan peradaban. Pemerintah sendiri tidak memberikan gambaran dan penjelasan secara spesifik mengenai bagaimana kriteria lukisan yang harus dilukis untuk lambang negara.
Belum menemukan titik temu, pada 1950, pemerintah kembali menggelar sayembara kedua untuk menciptakan dan melukiskan lambang negara. Sayembara ini digelar setelah terbentuknya Panitia Lencana Negara, tepatnya dibentuk pada 10 Januari 1950 dan dikoordinatori langsung oleh Sultan Hamid yang saat itu menjadi Menteri.
Sebagai bakal simbol dan lambang negara diperlukan diskusi dan pendapat dari petinggi negara sehingga lambang tersebut bisa mencapai titik kesempurnaan. Karenanya perbincangan ini melibatkan banyak pihak yang menjadi petinggi negara. Mereka adalah Sultan Hamid II, Muhammad Yamin dan Soekarno. Namun sesungguhnya karya Sultan Hamid II adalah karya yang dipilih oleh Soekarno dan anggota DPR yang pada saat itu sedang menjabat.
Alasan karya Muhammad Yamin tidak terpilih dalam rancangan karyanya, karena Muhammad Yamin memasukan beberapa elemen yang mengandung unsur dari negara Sakura. Muhammad Yamin memasukan unsur sinar matahari dalam rancangan lambang negara yang beliau desain.
Meskipun karya Muhammad Yamin tidak terpilih, beliau tetap ikut memberikan saran dan masukan atas lukisan yang telah dibuat oleh Sultan Hamid II. Muhammad Yamin dengan tegas memberikan masukan untuk mencantumkan semboyan negara yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang dibawa dan dicengkeram oleh Burung Garuda melalui pita di kaki Burung Garuda.
Dalam proses perundingan, lambang negara ini juga sempat mendapatkan kritikan dari Masyumi, Masyumi sendiri merupakan Partai yang memiliki jumlah anggota muslim terbesar. Masyumi dengan tegas menyatakan tentang ketidaksetujuan dan keberatan mereka akan burung Garuda yang erat kaitannya dengan unsur mitologis, yang disematkan pada burung Garuda.
Garuda yang digambarkan memiliki tangan dan bahu manusia serta memegang perisai. Sultan Hamid yang mendapatkan kritikan tersebut, menerima aspirasi tersebut dengan positif, dan menyempurnakan kembali rancangannya, dari yang awalnya berbentuk Rajawali-Garuda Pancasila menjadi diringkas kembali dengan Garuda Pancasila.
Dengan bantuan Moh.Hatta yang saat itu sebagai perdana menteri, Soekarno sebagai presiden kemudian membawa dan menyerahkan rancangan lambang negara kepada Kabinet RIS. Pada 11 Februari 1950, dan akhirnya dalam sidang Kabinet RIS, lambang negara karya Sultan Hamid diresmikan.
Dalam proses penyempurnaan, tepatnya 8 Februari 1950, bentuk terakhir dari lambang kebaggaan Inonesia yaitu Garuda Pancasila, akhirnya rampung dan tercipta. Pada akhirnya, di tanggal 20 Februari 1950, lukisan yang sudah rampung tersebut dipajang di ruang sidang yang bertepatan dengan pelaksanaan rapat pertama DPR-RIS perdana dilaksanakan.
Meskipun lambang negara tersebut telah diresmikan, dalam perjalanannya, Soekarno terus melakukan perbaikan terhadap bentuk Garuda Pancasila. Menurut Soekarno, lambang Garuda Gundul yang sudah diresmikan memiliki kemiripan dengan Bald Eagle, yang menjadi lambang dari Amerika Serikat.
Sehingga Soekarno meminta bantuan Dullah yang saat itu menjadi pelukis istana untuk menambahkan jambul pada kepala Burung Garuda yang menjadi lambang Negara. Pada tanggal 20 Maret 1950.
Soekarno juga terus melakukan revisi lagi dengan merubah posisi cakar burung garuda. Yang sebelumnya pita dicengkeram di depan pita berubah jadi dicengkram di belakang pita. Pada akhirnya burung garuda masuk kedalam tahap final dengan menambah ukuran burung Garuda serta tata warna seperti sekarang ini.
Setelah semua selesai dan mencapai tahap final dibentuklah masterpiece dari rancangan Garuda Pancasila dengan membuat patung Garuda Pancasila berlapis emas. Patung tersebut tersimpan dengan rapi pada Ruang Kemerdekaan di Monas (Monumen Nasional) dengan skala bentuk berukuran 3 dimensi, dan setelahnya ditetapkan menjadi Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak mengalami perubahan desain hingga saat ini.
Baca lebih lanjut dalam : Sejarah Lambang Garuda Pancasila
Jika pembaca ingin lebih jauh mengenal dan mengetahui tentang pancasila secara lebih mendalam dan komprehensif, milikilah buku yang tersedia di Gramedia.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nah, itulah penjelasan tentang lambang pancasila, mulai dari sejarah, makna, hingga nilai-nilai yang bisa Grameds ambil untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi sekarang sudah tidak ada alasan lagi tidak tahu makna dari lambang pancasila karena pengetahuan ini penting untuk Grameds ketahui sebagai warga negara yang baik.
Makna Lambang Sila Ke-Tiga (Pohon Beringin)
Di bagian kanan atas perisai garuda ada lambang pohon beringin dengan warna hijau pada daunnya dan coklat pada batangnya memiliki makna sebagai berikut:
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nah, itulah penjelasan tentang lambang pancasila, mulai dari sejarah, makna, hingga nilai-nilai yang bisa Grameds ambil untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi sekarang sudah tidak ada alasan lagi tidak tahu makna dari lambang pancasila karena pengetahuan ini penting untuk Grameds ketahui sebagai warga negara yang baik.
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
Teman-teman Grameds bisa mengunjunggi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh banyak referensi tentang buku-buku pancasila. Nah, berikut ini beberapa rekomendasi buku di Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mengenal dan memahami lebih luas tentang pancasila: Selamat belajar. #SahabatTanpabatas
Dasar Negara Pancasila
Makna Lambang Sila 1-5 Pancasila dalam Garuda Pancasila – Sebagai warga negara yang baik, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan pancasila. Apakah teman-teman Grameds sudah kenal baik dengan identitas bangsa kita yang satu ini? Sebagai generasi bangsa kita tentu perlu mengenal dan mengetahui lambang negara sebagai identitas bangasa agar tujuan dan cita-cita bangsa dapat tercapai.
Lambang Pancasila tentu tidak muncul begitu saja. Sebagai lambang negara Indonesia, simbol-simbol pancasila pasti memiliki sejarah dan maknanya sendiri. Lambang inilah yang kemudian menjadi identitas, harapan dan cita-cita bangsa yang perlu dimaknai oleh setiap rakyat Indonesia agar bisa mencapai tujuan yang sama untuk bangsa Indonesia. Berikut ini penjelasan tentang lambang pancasila dan nilai-nilai yang bisa dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
Pancasila adalah alat pemersatu bangsa yang memiliki unsur ideologi sosialisme yang religius, bukan materialistis maupun komunisme.
Secara bahasa, Pancasila berasal dari dua kata Sansekerta, yakni Panca yang artinya lima dan Sila yang artinya prinsip atau asas. Lima sila ini menjadi rumusan untuk seluruh rakyat Indonesia yang lahir dan hidup di Indonesia yang kemudian menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
Pancasila juga seringkali disebut sebagai dasar dan ideologi negara dan menjadi salah satu dari empat pilar kebangsaan, yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika yang dijelaskan pada buku Pancasila.
Sebagai ideologi negara, pancasila tentu tidak dibentuk sembarangan dan asal-asalan. Pancasila memiliki sejarah dan perjalanan yang panjang hingga saat ini menjadi lambang sekaligus ideologi bangsa Indonesia.
Sejarah mencatat pada 18 Agustus 194, yakni tepat sehari setelah proklamasi kemerdekan Indonesia diadakanlah pertemuan untuk merumuskan dasar ideologi bangsa dan negara. Yakni Pantja Sila (Pancasila) dan konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.
Pertemuan tersebut melibatkan beberapa tokoh yang mewakili Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dari tiga wakil umat islam, yakni pulau jawa dan dua wakil dari Sumatera. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat dalam pertemuan tersebut:
Walaupun dalam proses perumusannya ada sedikit perdebatan pada sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebelumnya hanya mencantumkan Agama islam saja. Perdebatan tersebut dapat memutuskan kesepakatan bersama demi harapan dan cita-cita bersama, yakni terciptanya Indonesia Merdeka sebagai negara yang berdaulat, tenang, adil, dan makmur.
Pancasila digunakan untuk pengembangan diri serta perwujudan cita-cita sesuai dengan kaidah yang ada. Dan hal ini dibahas melalui nilai-nilai yang ada pada Pancasila dan dapat dipelajari pada buku Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa Indonesia menjadi dasar sumber filsafat pembentukan pancasila. Itulah sebabnya pancasila lah yang kelak akan menjadi ideologi pemersatu kemajemukan budaya di nusantara agar tetap menjadi satu kesatuan, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Teman-teman bisa membaca buku rekomendasi Gramedia berikut ini untuk mengetahui lebih banyak tentang apa itu pancasila dan sejarah pancasila.
Buku Pancasila karya Prof. DRS H. Achmad Fauzi DH.M.A mengulas lengkap mengenai Pancasila yang pemilihan materi dan analisis sejarah serta filsafatnya berbeda dengan buku-buku lainnya.
Buku ini sangat komprehensif untuk Grameds baca sesuai kebutuhan, misalnya para mahasiswa maupun masyarakat umum untuk menghadirkan pancasila kepada generasi bangsa.
Baca juga : Sejarah Bendera Indonesia
Makna Simbol Lima Sila dalam Lambang Garuda Pancasila
Simbol garuda Pancasila yang pertama adalah bintang dengan warna kuning berlatar belakang hitam dan diletakkan tepat di tengah perisai. Gambar bintang sendiri dijadikan simbol untuk sila pertama pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari simbol bintang tersebut terdapat lima sudut yang mewakili lima agama besar yang ada di Indonesia. Sedangkan latar belakang hitam yang menjadi latar dari bintang emas tersebut memiliki makna yang menggambarkan keberkahan warna ala, keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber dari segala sesuatu yang ada di Muka Bumi.
Lambang bintang emas bersinar sendiri memiliki artian cahaya dari Tuhan Yang Maha Esa yang dipancarkan kepada semua makhluk-Nya di muka bumi.
Secara keseluruhan simbol sila pertama ini melambangkan bahwa masyarakat Indonesia adalah bangsa yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ragam keyakinan yang dimiliki oleh setiap warga negara.